Keributan tengah terjadi disebuah rumah. Antara Karina dan kakaknya yang
bernama Dendi. Tat kala Karina ketahuan mencuri uang orang tuannya
diam-diam. Karina seperti telah siap kabur dari rumah.
"Karina, taro tas lo masukin baju-baju lo lagi ke lemari dan sini,
balikin uang bapak sekarang juga. Bapak sebentar lagi pulang dari kantor
Karina." bentak Dendi menyaksikan sikap Karina yang sepertinya sama
sekali tak memperdulikannya. Karina terus berkemas dengan satu tasnya.
Memasuk-masukan segala macam keperluan pribadinya. Dendi bergetar tak
tahan emosi. Karina selesai berkemas dan kemudian bergegas melewati
Dendi penuh amarah dan pergi membuka pintu gerbang rumah. "kalo lo
sayang sama gw. Jangan pernah bilang masalah ini sama bapak." ungkap
Karina dalam langkah perginya menggendong tas besar. "gw cuman gak habis
pikir, cuman gara-gara cowok begitu lo jadi kayak gini." teriak Dendi
memaki. Mendengar perkataan itu Karina terhentak menghentikan
langkahnya. Menatap kecewa Dendi. Dendi terdiam. Lantas Karina
melanjutkan langkahnya lagi.
SESAMPAINYA DITEMPAT TUJUAN..
Karina berhenti didepan sebuah rumah. Yang pada waktu itu tengah
diwarnai suara-suara teriakan bentakan dari seorang paman bernama Tomi
terhadap seorang pemuda yang sengaja dikurungnya didalam sebuah kamar.
"Sudah numpang makan dari kecil, nyusahin, sekarang malah penyakitan
lagi.!!" teriakan keras dari mulut paman Tomi itu terdengar. "tipes,
tipes, kalau kemarin tidak aku bawa lo kedokter. Mana tau sampai
sekarang kalo lo itu mengidap penyakir najis itu. Sial." hentakan kata
lagi dari paman Tomi, selalu hampir setiap hari memarahi.
Mendengar situasi panas tersebut disana. Tanpa berpikir panjang lagi
Karina langsung menerobos masuk kedalam rumah dan segera menghampiri
paman Tomi penuh kebencian.
"Sudah hentikan." teriak Karina menghadang tersengal-sengal. Paman Tomi
terkejut akan kedatangan Karina yang tiba-tiba hadir begitu saja, Karina
berdiri menatapnya murka.
"Apa-apa'an ini?!" ungkap paman Tomi terherankan.
"Kalau paman tak bersedia lagi akan kehadiran dia dirumah ini. Paman
tenang aja. Masih ada saya pacarnya. Yang akan membawa dia pergi dan
merawatnya, selamanya. Jadi paman tak perlu marah-marah lagi kepada
siapapun setiap hari. Terutama kepada mereka almarhum kedua orang tuanya
yang telah mempercayai paman atas hidup dia." Karina menatap Paman Tomi
tajam. Setelah puas berkata. Karina memasuki sebuah kamar itu. Dan
segera menemui pacarnya itu didalam. Paman Tomi terdiam tak berkata
apa-apa lagi. Terlihat didalam sana, ada seorang Pria muda bernama Vido
terduduk lusuh dilantai bersandar kedinding tembok. Untuk sujenak Karina
terdiam sendu berdiri memandangnya seraya cepat meneteskan air mata.
Segera Karina mengusap air matanya lagi dan berlari memeluk haru Vido.
Karina kembali menangis.
"Udah jangan nangis ah. Aku baik-baik aja kok" ungap Vido dalam katanya.
Karina terus semakin erat memeluknya. "kamu ikut aku ya beb. Kita
pergi. Aku udah siapin semuanya." ungkap Karina dengan isak tangisnya.
Vido hanya terdiam tak lagi menjawabnya.. Vido termenung pasrah.
Love Vs Virus Karya Aan Sopian Anwar |
KALA ITU..
Rumah itu seperti rumah hantu yang sudah usang Adanya ditengah hutan
kecil, agak jauh dari perkotaan. Besar dan luas namun sudah lama tek
terpakai. Berdebu dan sedikit lumut.
Karina dan Vido ada hadir didalamnya. Berjalan perpegangan tangan melihati seisi ruangan rumah besar tersebut.
"Ini rumah ibuku. sebelum meninngal ibuku berpesan agar kelak aku
mengurus rumah ini. Rumah yang tanpa bapak dan kakakku tau. Ibuku khusus
membelikannya untuku." ungkap Karina semangat. "terus ibu kamu cerita
apa lagi?" tanya Vido kemudian keduanya memasuki satu kamar besar
dilantai atas. Duduk berdua dilantai membuang lelah. "ibuku bilang,
suatu saat aku pasti membutuhkan rumah ini untuk tinggal bersama orang
yang aku cintai." ungkap Karina menatap akrab Vido. Vido tersenyum
keduanyapun berpeluk bahagia. Vido kehausan. Ia mengeluarkan sebotol air
mineral dalam saku jacketnya lalu meminumnya. Sesaat kemudian Karina
mengambil alih botol itu lantas segera meminumnya juga. "hey sayank
tunggu." hentak Vido segera merebut kembali botol air itu namun tak
berhasil. "kenapa?!" tukas Karina berhasil mempertahankan botol air
tersebut ditangannya. Karina tersenyum lembut kepada Vido dan lalu
meminum lagi air dalam botol itu tampa ragu.
Saat itu Vido menatap Karina penuh cinta dan kekhawatiran. Dimana Karina telah meminum air minum ketika itu dengan sembarangan.
"Karina, kamu tau 'kan dengan kamu habis meminum air bekas aku itu. Kamu
bakal terkena dampak dari virus yang ada dibekas mulut aku itu Karina."
ungkap sendu Vido dalam katanya. Karina saat itu hanya tersenyum
mendengar perkataan itu. Karina membenarkan posisi duduknya dan bergegas
memeluk Vido dengan lembut. Karina menghela nafas. "dengar Vido. Hati
aku sama hati kamu itu udah menyatu sejak dulu. Jadi percuma kamu kalo
hanya membatasi sakit hanya untuk kamu sendiri. Itu sama aja kamu
memutuskan kembali satunya kita. Kamu lupa?! aku itu hidup kamu dan kamu
itu hidup aku. Sedihnya kamu, senangnya kamu, susahnya kamu, bahagianya
kamu, menderitanya kamu. Itu juga semuanya milik aku. Karena Cinta
adalah. Aku dan kamu." ungkap Karina tersenyum memeluk. Seketika Vido
tertegun mendengar perkataan Karina tersebut. Vido semakin bangga
terhadap Karina. Vido membelai lembut rambut Karina. Dan akhirnya
keduanyapun perlahan berpagut dan berciuman. Layaknya sepasang kekasih
yang abadi selamanya.
DUA TAHUN KEMUDIAN..
Sudah sejak dua tahun itu Karina pergi meninggalkan keluarganya. Sudah
sejak dua tahun itu Karina bekerja sebagai pelayan rumah makan
dipinggiran perkotaan. Dan sudah sejak dua tahun itu pula Karina tinggal
bersama Vido dirumah usang yang kini sudah terlihat cerah itu.
NAMUN. Kata cerah itu hanya berlaku untuk rumah besar itu saja. Kata
cerah tak berlaku bagi seorang pemuda bernama Vido. Vido semakin hari
semakin memburuk keadaannya. Karinapun nampak tak berdaya merawat Vido
melawan penyakit mematikannya tersebut. Karina yang setiap hari pulang
pergi keperkotaan untuk membelikan obat penenang rasa sakit yang
diderita Vido saat itu hanya menangis tersedu-sedu. Berdiri menyaksika
kekasihnya jatuh dari tempat tidur terbatuk-batuk merasakin sakit dengan
tubuhnya yang kini sudah terlihat kecil mengurus. "ini harus dirawat
dirumah sakit terbaik." gumam Karina dalam hati. Karina terus berlinang
air mata tak tega menyaksikan keadaan itu. Vido merangkak seorang diri
mencari-cari segelas air minum diatas meja dikamarnya itu.
Dengan perasaan tak kuasa lantas Karina mengusap air matanya sendiri dan
segera mengambilkan air minum dalam gelas diatas meja itu.
Vido nampak tak berdaya dalam pelukan Karina.
PADA SUATU MALAM.
Sudah hampir dua jam lebih Karina menghabiskan waktunya dengan hanya
melamun seorang diri duduk dikursi halaman depan rumah ditengah hutan
itu. Ia seperti tengah bergelut dengan sujuta pikiran yang ada didalam
kepalanya.
PAGI TELAH TIBA
"Karina.. Karina.. Sayank.. Kamu dimana..??" Vido terlihat jatuh
tersungkur mencari-cari Karina yang mendadak menghilang sedari pagi
menjelang. Karina pergi tak seperti biasanya. Tanpa terlebih dahulu
berpamitan.
DISEBUAH RUMAH DIDALAM KOTA.
Sedang ada perdebatan sengit antara Karina dan Paman Tomi dirumah paman
Tomi. Ternyata tanpa sepengetahuan Vido. Karina pergi menemui paman
Tomi.
"Plaaakk!!" Karina terjatuh kelantai. Paman Tomi dengan keras menampar
pipi Karina. "lancang sekali kau berbicara seperti itu padaku!!" bentak
paman Tomi membludak.. "yah. Paman memang tak tau diri. Sudah menempati
rumah orang tua Vido ini dengan sesuka paman. Paman malah menelantarkan
Vido." Ungkap Karina semakin menjadi. Paman Tomi semakin marah. Ia
menyeret Karina dan melempar Karina keluar rumah. Karina menjerit
terjatuh. Karina menangis dalam perasaan penuh pengharapan. "pergi lo
dari sini. Dan jangan kembali lagi." bentak paman Tomi mengakhiri. Ia
kembali masuk kedalam rumah dan menutup pintu rapat-rapat.
BERTUMPU PADA ASA TERAKHIR. KARINA KINI SUDAH SAMPAI DIDEPAN RUMAHNYA.
Menatap bisu kedepan. Diam begitu lama. NAMUN. SEMUA. SIA-SIA...
Sudah dua hari ini Karina dikamar rumahnya. Disekap oleh Dendi dan bapaknya. DAN.. Vidopun akhirnya tewas disana. HAIV AIDS
TAMAT.
Profil Penulis:
aan sopian anwar
fb: aan sopian anwar
email: aansopiananwar@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar