Kamis, 25 Mei 2017

SATRIA BUDIMAN ANWAR

Dalam sebuah negara bernama Dunia Pintu Penyihir. Hidup seorang laki-laki bersayap berbadan besar bernama Satria Budiman. Ia adalah seorang penyihir keturunan Vampir. Yang hidup disebuah rumah kayu diatas pohon besar.
KALA ITU. Di hutan.
"Sepertinya aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku seumur hidupku." Ungkap Satria seraya mengusapi kepala naga emasnya. Naganya memiliki ukuran sepuluh kali lipat dari besarnya beruang hutan.
"Kau tidak perlu berkata seperti itu. Ini takdir." Jelas Pandita sahabatnya.
"Aku yakin kakek guruku tewas karena meminum racun kematian yang dimiliki Garza. Harusnya waktu itu aku tidak membiarkan kakek guruku berbicara dengan Garza." Ungkap Satria masih terus menyesalinya. Pandita menghela nafas mengertikannya.
"Dia ternyata masih belum bisa menerima kekalahan kematian ayahnya dalam pertarungan antar penyihir waktu itu." Ungkap Satria masih terlihat sendu.
"Ya, disaat semua sudah menerima kehebatan kakek gurumu. Garza malah merencanakan balas dendam." Sesal Pandita.

 LANGIT BERSAMA BULAN PURNAMA
Sedang ada pertemuan antara Satria Budiman dan Garza sang pemanah api.
Keduanya berdiri terpisah diatas bukit batu tertinggi disana. Satria terlihat sangar dengan memunculkan dua tanduk dikepalanya menatap nanar.
Seketika hadir menemaninya seekor naga emas yang ukuran sayapnya tak kalah besar dari tubuh raksasanya sendiri.
Disana Garza hanya tersenyum-senyum tenang melihat Satria dan naga emasnya.
"Aku yakin kau yang telah membuat kakek guruku mati, dengan racun kematian yang kau miliki." Ungkap Satria, murka terhadap Garza.
Mendengar pernyataan itu Garza tertawa terbahak-bahak. Lalu memanahkan satu busur panah apinya keatas awan melintasi indahnya pemandangan bulan purnama.
"Aku suka jika kau pintar menebak seperti ini." Ungkap Garza tenang. "Memang apa yang akan kau lakukan setelah mengetahui kebenaran ini?" Tambahnya menantang. Naga emas Satria seakan sudah tak sabar ingin meyerang Garza dengan semburan apinya.
"Hh Kau memang cocok menjadi seorang keturunan iblis."

Ungkap Satria geram. Lalu perlahan mengangkat tinggi tangan kanannya.
Saat itu juga seberkas cahaya terpancar dari telapak tangan Satria. Ia membuat sebuah pedang sihir tiba-tiba muncul dalam genggamannya. Garza tersenyum menyeringai melihat itu. Tak hanya kakek guru Satria. Dia sesungguhnya juga sangat menginginkan kematian Satria.
"Kita mulai pertarungan ini." Geram Satria mengarahkan ujung pedangnya kearah Garza. Dari ujung pedang sihirnya itu keluar menguntai cahaya. Dengan sigap Garza juga mengeluarkan ilmu apinya dari gagang panahnya, hingga dua sengatan cahaya itu beradu diantara jauhnya jarak mereka.
"Blaarr!!" Suara ledakan dari berakhirnya peraduan cahaya sihir mereka.
Garza jatuh terduduk. Seketika mulutnya mengeluarkan cairan berwarna merah. Garza muntah darah. Garza manarik satu busur panah lalu melesakannya kearah Satria. Panah berapi itu melesat. Satria membuat sihir tameng dihadapannya dengan pedang sihirnya itu.
"Plang!!." Satu busur panah itu tertahan tak jadi menyerang Satria.

 Garza terbatuk-batuk. Telapak tangan yang ia gunakan untuk menutup mulutnya sudah penuh dengan darah segar. Garza menatap kesal Satria. Hingga kemudian ia tergeletak, tergolek tak berdaya disana.
Garza tewas karena kekuatan sihir pedang Satria.
Melihat situasi sudah dimenangkannya, Satria mengeluarkan sayap besarnya dari punggungnya. Untuk sejenak ia melenyapkan lagi pedang sihir ditangannya itu. Lalu kemudian terbang melayang meninggalkan perbukitan bebatuan tinggi tersebut.
Naga emasnya nampak senang menerima kemenangan itu, ia melompat terbang melayang mengikuti Satria.


Oleh: Aan Sopian Anwar
Email: aansopiananwar@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar