Kamis, 25 Mei 2017

NAFIZA NAZIRA

Perjalanan menuju kesuatu kota dengan kereta itu akan lebih terasa mengesankan apabila bersama teman-teman. Namun bagaimana dengan perjalanan Nafiza, Doni, Clara dan sibawel Sesil ketika mereka malam-malam akan menuju kesebuah kota tempat tinggal pak Raihan. Ayah kandung Nafiza.
TAK SEPERTI BIASANYA.
Kereta yang biasanya penuh penumpang, disaat mereka pertama kali menggunakannya malah terlihat sepi.
"Aduh nih kereta apa pemakaman sih. Kok sepi amat." Grutu Sesil berjalan-jalan begitu leluasa.
"Hus!! Gak boleh ngomong kayak gitu. Horor tau!!" Bentak Clara memarahinya. Ketika itu Clara selalu ditemani pacarnya: Doni.
Sesil lalu berdiri ditepian jendela menatap keluar. Nafiza disana hanya duduk sabar menanti waktu.
"Sebenarnya bokap gw waktu nelpon ngelarang gw naik kereta tau." Ungkap Nafiza dalam katanya.
"Kenapa Naf?" Tanya Doni heran.
"Gak tau. Gw tanya alasannya apa, bokap gw malah ngalihin pembicaraan, nyuruh gw cepat-cepat minta cuti kuliah." Jawab Nafiza ia seperti mulai merasa kedinginan.

 "Mungkin bokap lo udah tau nih kereta bakal sepi penumpang. Jadi dia khawatir sama lo." Jelas Sesil masih berdiri ditepi jendela kaca itu.
"Lo pikir bokap gw peramal." Tukas Nafiza mencibir Sesil.
"Lagian saudara kembar lo juga si Nazira katanya dua hari yang lalu mau jenguk lo ke kosan lo, tapi sampe sekarang gak ada kabarnya." Ungkap Clara dalam dekapan Doni. "Malah sekarang tiba-tiba lo disuruh pulang sama bokap lo. Gak dikasih tau lagi mau ada apa. Bokap sama adek lo aneh-aneh." Tambah Clara kemudian meminum air mineralnya. Nafiza menghela nafas tak mengerti.
"Udah yang penting intinya sekarang kita bisa liburan gratis kerumah Nafiza. Betulkan." Seru Sesil mengedip-ngedipkan mata kesemuanya.
"Gila, nih cuman kita doang nih dikereta ini." Ungkap Nafiza heran.
"Iyalah nih kan udah gw booking semua gerbongnya khusus buat kita." Seru Sesil berlenggak-lenggok.
"Hu dasar cewek impor." Seru Doni melemparnya dengan kertas kue.
"Udah ah gw mau ketoilet. Pengen pipis." Ungkap Nafiza beranjak dari duduknya.

 DALAM TOILET KERETA
Nafiza baru selesai buang air kecil. Kemudian ia mencuci tangan dan mukanya diwastafel.
Nafiza terkejut. Tiba-tiba lampu toiletnya mati lantas kemudian hidup lagi.
Nafiza terdiam bercermin. Lampu itu mati lagi lantas hidup lagi. Degup jantung Nafiza menjadi berdetak cepat. Rasa takutnya ia tahan.
Setelah selesai ia membuka pintunya yang mengarah keluar. Nafiza kembali dikejutkan oleh sesuatu. Namun kini oleh sesosok perempuan yang sedang berdiri membelakanginya ditengah gerbong didekatnya itu.
Sesosok perempuan itu seperti saudara kembarnya: Nazira.
"Nazira??" Panggil Nafiza mengenalnya.
Sesosok perempuan itu tiba-tiba berlari pergi ke gerbong didepannya. Segera Nafiza berlari mengejarnya.
Sesampainya disana Nafiza berdiri terpaku memandang sesosok perempuan itu.
"Nazira?" Tanya Nafiza.
Perempun yang menurutnya adiknya itu lalu duduk disatu kursi tak jauh darinya.
"Plak!!" Suara kereta menabrak sebuah batu kecil membuat Nafiza menolehkan pandangannya kearah jendela.
Nafiza menolehkan pandangannya lagi kearah sesosok perempuan itu.
"Hah??" Hentak Nafiza.
Sesosok perempuan tersebut seketika sudah menghilang. Nafiza terhentak tak percaya.
DISANA.
Clara dan Doni sedang seru tertawa-tawa menertawakan Sesil yang terus-terusan mengajak keduanya bercanda disana.
Mereka baru bisa terdiam ketika Nafiza datang kembali menjumpai ketiganya dengan raut penuh kepanikan.
Nafiza duduk bergetar membuat semuanya khawatir.
"Lo kenapa Naf?" Tanya Sesil mendekatinya. Clara dan Doni beranjak berdiri menghampirinya juga.
"Naf, lo kenapa Naf? Ada apa? Cerita kekita Naf." Tanya Clara mengkhawatirkannya duduk disamping kanannya.
"Ada Nazira dikereta ini." Ungkap Nafiza bergetar berkata.
"Apa?! Lo serius?! Dimana dimana dia. Ternyata dia satu kereta dengan kita." Seru Sesil dalam katanya, senang.
"Yang bener Naf?? Emangnya dia darimana? Dia gak kesini?" Ungkap Clara ia terlihat gembira, begitu juga Doni.
Sesil menggebu segera pergi kekesatu gerbong itu.
"Sesil tunggu!!" Ungkap Nafiza menghentikan la
ngkah Sesil. Sesil terhenti.
"Kenapa?" Tanya Sesil heran.
"Tapi sepertinya dia bukan Nazira." Ungkap Nafiza tiba-tiba membingungkan semuanya.
"Maksud lo?" Tanya Sesil berdiri disana.
"Kayaknya disini ada hantu teman-teman." Ungkap Nafiza menebaknya.
"Apaan sih lo gw gak paham?" Tukas Doni serius.
"Aduh, lo jangan bikin kereta kosong ini jadi horor deh Naf." Ungkap Clara mulai merasa risih. Sesil kembali bergabung dengan ketiganya.
Nafiza melihat kearah satu gerbong itu. Ia tersentak. Ternyata sesosok perempuan itu muncul lagi disana.
"Itu dia." Hentak Nafiza melihatnya.
Clara, Sesil dan Doni. Terdiam melihat sesosok perempuan itu, yang juga tengah berdiri berdiam memandang keempatnya.
"Nazira?!" Ungkap Clara terkejut menyapanya.
Sesil terpaku, merasa ada yang aneh dengan sikap sesosok perempuan itu yang selalu berdiam seperti patung.
Nafiza perlahan berdiri lalu kemudian mendekatinya.
"Naz lo jangan bikin takut gw deh. Lo darimana hah??" Tukas Nafiza menanyainya.
Semua terpaku dikeadaan itu.

 Sesosok perempuan itu masih berdiam. Wajahnya nampak kusut memandang Nafiza.
Seiring dengan semua lampu gerbong kereta yang tiba-tiba menitik mati menyala.
Mendadak raut wajah sesosok perempuan itu berubah seperti menatap marah terhadap Nafiza.
Clara, Sesil dan Doni panik.
"Naf mundur lagi Naf. Lo benar, kayaknya itu bukan Nazira." Ungkap Clara tiba-tiba menggebu.
"Lo pikir gw takut dengan lo ngumpet pura-pura menghilang gitu aja. Gak lucu." Ungkap Nafiza memarahinya. Ia semakin mendekati sesosok perempuan itu.
"Naf please Naf, balik kesini Naf." Ungkap Clara mengkhawatirkannya.
Nafiza terus melangkah maju.
Seketika kemudian.
Sesosok perempuan itu menggeram menakutkan. Melangkah mendekati Nafiza, ia langsung mencekik leher Nafiza.
Sesosok perempuan itu tiba-tiba matanya memerah dan mengeluarkan gigi taringnya.
Nafinya menjerit hebat melihat itu. Begitu juga Clara dan Sesil.
Suasana keadaan mendadak menjadi kacau.
Nafiza nampak kesakitan tak kuasa lepas dari cekikan itu.

 Doni segera memberikan bantuan. Dengan sekuat tenaga ia menarik sesosok perempuan itu dan membantingnya kelantai. "Bruggh!!" Sesosok perempuan berwajah pucat itu terjatuh hebat.
Doni diam terperangah.
Nafas Nafiza terdengar bergetar ia melangkah mundur berdiri bersama Clara dan Sesil. Ketiganya semakin panik.
Sesosok perempuan itu memandang murka Doni dihadapannya. Ia kembali menggeram lalu kemudian meraih Doni dan melempar Doni sejauh dua puluh meter. Nafiza dan semuanya menjerit.
"Bruugh!!"
Tubuh Doni membentur pintu ruang kereta begitu keras.
"Doni!!" Teriak Clara berlari melihatnya.
Kepala Doni terluka parah. Doni lalu tewas seketika.
Clara menangis sejadi-jadinya. Memeluknya.
Nafiza dan Sesil terengah, tak percaya melihat itu.
Disana sesosok perempuan itu mulai melangkah lagi menuju kearah keempatnya.
"Nafiza, Clara, ayo kita pergi!! Lihat perempuan itu." Ungkap Sesil.
Clara menoleh memandang sesosok perempuan menakutkan itu, mau tidak mau ia harus meninggalkan tubuh Doni disana.
Ketiganyapun berlari.

 Menutup pintu penyambung untaian gerbong. Ketiganya kini sedang bersembunyi disebuah toilet sempit.
"Gw minta maaf Clara. Kalau gw tadi nurutin omongan lo mungkin Doni tidak akan seperti ini." Sendu Nafiza meminta maaf.
"Gak apa-apa Naf. Semua sudah terjadi." Sendu Clara masih berlinang air mata.
"Siapa sih cewek menakutkan itu??" Geram Sesil kesal.
"Gw juga gak ngerti. Hantu itu mirip sekali dengan Nazira." Gumam Nafiza bergetar.
"Kenapa dia nyerang lo coba??" Tukas Clara. "Sekarang malah mau nyerang kita pula." Tambahnya kebingungan.
Secara mengejutkan tiba-tiba sesosok perempuan itu muncul lagi. Muncul tepat dihadapan ketiganya.
Nafiza, Clara dan Sesil menjerit histeris.
Segera Nafiza membuka pintunya lagi. Bergegas berlari keluar.
Sesosok perempuan itu menangkap Clara. Ia meraih tangan kanan Clara.
Nafiza dan Sesil berlarian keluar toilet. Clara menangis menjerit panik. Begitu buas sesosok perempuan itu kemudian membentur-benturkan kepala Clara ke dinding besi. Clara nampak tak berdaya kesakitan.

 CLARA TEWAS
Disebuah toilet berbeda lagi. Nafiza dan Sesil berdiam diredam rasa takut yang luar biasa. Saling menatap sedih keduanya terus berlinangan air mata.
Ketika itu Sesil berdiri terbujur kaku. Mulutnya terasa beku. Ia tak bisa bergerak. Mendapati sesosok perempuan itu ternyata muncul lagi. Namun kali ini ia muncul tepat dibelakang Nafiza.
Sesil seolah terkunci tak mampu berbicara walau sedikitpun. Sesil melihat perubahan wajah dari sesosok perempuan itu menjadi sesosok wajah yang berbeda. Dengan perlahan sesosok perempuan menyeramkan itu mengarahkan gigi taringnya kearah Nafiza. Siap menggigit leher Nafiza.
Lantas Nafizapun menjerit tak berdaya dibekapnya.
Leher Nafiza digigitnya secara buas.
Kereta tiba-tiba terhenti. Akhirnya Sesil mampu menggerakan tubuhnya. Ia bergegas membuka pintu toilet dan berlari keluar.
Melalui pintu kereta yang selalu terbuka. Sesil melompat berlari meninggalkan kereta tersebut. Nafasnya tersengal-sengal ia terus berlari.
SATU HARI KEMUDIAN
Siang itu, dihalaman rumah pak Raihan.


Sedang ada keduanya duduk berbincang dibangku taman.
Mereka adalah: Sesil dan Nazira.
"Gw nyesel Sil. Padahal gw sempet denger dia bilang butuh uang buat ngobatin istrinya kerumah sakit. Karena gw lebih mementingkan uang itu buat biaya kuliah Nafiza. Gw jadi mempertahankan uang itu dan mendorong penjambret itu jatuh terlempar keluar kereta." Sendu Nazira dalam katanya.
"Terus kenapa lo gak jadi datang nganterin uang itu ke kosan Nafiza?" Ungkap Sesil menatapnya sayup.
"Gw panik. Gw ketakutan. Setelah kereta berhenti gw balik pulang lagi. Gw cerita kebokap." Jelas Nazira menceritakan.
Nazira kembali terlihat sedih mengingat nasib buruk saudara kembarnya itu.
Sesil merangkul memeluk Nazira.
Tamat.


Oleh: Aan Sopian Anwar
Email: aansopiananwar@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar